Keluarga bukan soal Kuantitas
Selamat sore netizen! Sore ini saya sedikit mau sharing tentang persoalan keluarga, beberapa materi adalah hasil ikut seminar kependudukan bkkbn Jawa Tengah Oktober 2014 lalu, sudah lama memang. Selain itu, mungkin sumber saya dapatkan dari artikel yang pernah saya baca di internet.
Baik, dari begitu banyak perihal dalam masalah kependudukan, satu hal yang menarik bagi saya adalah Keluarga. Lingkup paling dasar yang membentuk karakter seseorang, selain pribadi masing-masing tentunya. Kebetulan saya adalah pengurus PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) Ramah SMA N 1 Kendal, dimana organisasi tersebut adalah Badan Semi Otonom dibawah OSIS yang bergerak dalam masalah konseling siswa. Setiap siswa yang punya masalah bisa berkonsultasi dengan pengurus dan kami bertugas untuk membantu mencarikan solusi. Sangat menyenangkan memang, membantu teman sekaligus mengetahui bahwa life is hard, dude!
Kembali lagi ke keluarga. Keluarga adalah komponen krusial, sangat krusial dalam membentuk pribadi anak. Satu hal yang pasti menurut keluarga adalah, everything is about Quality, not Quantity. Ya, keluarga adalah perihal Kualitas, bukan Kuantitas. Sangat sinkron dan tepat melihat dunia ini semakin sesak dipenuhi manusia. Apanya yang bisa disinkronisasi?
Mari kita urai kesinambungannya. Memasuki tahun awal masehi, diperkirakan jumlah manusia di bumi sebanyak 250.000 orang. Dan bagaimana dengan saat ini? data terakhir yang diperoleh setelah 2014 tahun kemudian menyatakan jumlah penduduk di bumi sudah mencapai 7.260.700an orang. Hanya butuh waktu dua abad saja, presentase penduduk di bumi sudah meningkat hampir 3000%. Hmm kalau jumlah segitu diuangkan lumayan 7M bisa untuk beli ini itu.
Lalu apa relasinya dengan keluarga? Saya pikir sangat jelas, dimana para keluarga-keluarga ini yang patut bertanggung jawab bagaimana bumi kita ini akan terbentuk selanjutnya. Keluarga-lah yang membuat manusia-manusia baru (dengan ijin dan kehendak tuhan tentunya) yang lahir tiap saat.
Perkembangan penduduk yang gila ini dari info-info yang saya tangkap ada begitu banyak penyebabnya, terutama masalah kultur. Konon katanya banyak orang masih menggunakan mottot banyak anak banyak rejeki. Dengan prinsip semacam itu bagaimana tidak mungkin untuk membuat jumlah manusia meningkat drastis dari 250ribu menjadi 7milyar. Masih belum puas dengan mitos rekaan sendiri itu, muncul lagi anggapan-anggapan girl is better than boy atau sebaliknya. Jadi, ada keluarga yang sudah punya anak banyak dan berjenis kelamin sama semua, mereka masih terusmembuat punya anak sampai lahir anak dengan jenis kelamin yang mereka mau. Contoh realnya adalah tetangga saya sendiri hehe. Keluarga ini kalau tidak salah punya 8 anak. Anak pertama sampai ketujuh adalah perempuan. Barulah anak terakhir mereka laki-laki dan mungkin karena ini mereka stop punya anak. Ibarat kasus kejahatan, modus dan motifnya sangat jelas.
So what?! Jelas, ada hal-hal yang seharusnya kita rubah disini. Masalah konsep. Konsep dari awal tentang berkeluarga. Kalian tahu tentang babyboom? Ledakan penduduk Indonesia yang terjadi di masa 1950-1960an dan dianggap karena kita baru saja merdeka. Agak geli sih, kalau pakai ilmu tafsir, artinya rakyat saat itu merayakan kemerdekaan dengan membuat anak-_- Hmm. Sejak saat itu di Indonesia mulai gencar pelaksanaan Keluarga Berencana yang mengusung program 2 anak lebih baik. Saat itu yang saya tahu terjadi berbagai penolakan dari masyarakat dengan berbagai macam alasan. Ada ormas islam yang menganggap itu menolak kehendak tuhan dan lain-lain.
Oke, mengapa kita tidak cari jalan tengahnya saja. Daripada membahas soal kuantitas, lebih baik kita membahas soal kualitas. Dalam membangun keluarga itu yang terpenting bukan soal banyaknya jumlah keluarga kan. Lebih penting soal kualitas, maksudnya kesejahteraan keluarga. Program KB itu sebenarnya sangat tepat karena bertajuk Keluarga Berencana, yang artinya tadi itu, bahwa dalam membangun keluarga harus ada perencaan, dan yang direncanakan adalah Kualitasnya. Hanya saja embel-embel 2 anak yang sulit diterima oleh anak. Jadi yang perlu ditekankan lagi adalah masalah Perencanaan Kualitas keluarga yang nantinya akan terbentuk.
Masyarakat perlu memikirkan betul-betul, apabila keluarganya berjumlah sekian, maka yang akan terjadi adalah hal ini, dan saya harus bersiap-siap untuk hal ini yang akan mengancam hal ini. Itu yang seharusnya kita pegang. Semua memang kehendak tuhan, tapi apa salahnya kita berusaha. Dan usaha kita bukanlah usaha untuk hal buruk, karena apabila kita sudah benar-benar merencanakan keluarga secara kualitasnya, maka anak yang lahir dalam keluarga tersebut nantinya akan menjadi anak berkualitas. Dan apabila kita memikirkan soal kualitas pasti kita akan lebih terfokuskan untuk bagaimana agar anak-anak yang lahir dalam keluarga akan bahagia nantinya dan memiliki masa depan yang terjamin, tanpa mengedepankan lagi perihal kuantitas soal banyaknya anak.
Nah, lewat PIK-R yang sudah mulai terbentuk di sekolah-sekolah SMA sebenarnya BKKBN ingin memperkenalkan soal perencaanaan segala sesuatu dalam menghadapi masalah kependudukan sejak dini. Salah satunya masalah perencanaan keluarga yang merupakan komponen terkecil dalam penduduk untuk menghadapi masa yang akan datang. Maka kita diajak untuk bergabung dalam gerakan Generasi Berencana (Genre) untuk merencanakan masa depan kita yang lebih baik! Salam Genre!
Kembali lagi ke keluarga. Keluarga adalah komponen krusial, sangat krusial dalam membentuk pribadi anak. Satu hal yang pasti menurut keluarga adalah, everything is about Quality, not Quantity. Ya, keluarga adalah perihal Kualitas, bukan Kuantitas. Sangat sinkron dan tepat melihat dunia ini semakin sesak dipenuhi manusia. Apanya yang bisa disinkronisasi?
Mari kita urai kesinambungannya. Memasuki tahun awal masehi, diperkirakan jumlah manusia di bumi sebanyak 250.000 orang. Dan bagaimana dengan saat ini? data terakhir yang diperoleh setelah 2014 tahun kemudian menyatakan jumlah penduduk di bumi sudah mencapai 7.260.700an orang. Hanya butuh waktu dua abad saja, presentase penduduk di bumi sudah meningkat hampir 3000%. Hmm kalau jumlah segitu diuangkan lumayan 7M bisa untuk beli ini itu.
Lalu apa relasinya dengan keluarga? Saya pikir sangat jelas, dimana para keluarga-keluarga ini yang patut bertanggung jawab bagaimana bumi kita ini akan terbentuk selanjutnya. Keluarga-lah yang membuat manusia-manusia baru (dengan ijin dan kehendak tuhan tentunya) yang lahir tiap saat.
Perkembangan penduduk yang gila ini dari info-info yang saya tangkap ada begitu banyak penyebabnya, terutama masalah kultur. Konon katanya banyak orang masih menggunakan mottot banyak anak banyak rejeki. Dengan prinsip semacam itu bagaimana tidak mungkin untuk membuat jumlah manusia meningkat drastis dari 250ribu menjadi 7milyar. Masih belum puas dengan mitos rekaan sendiri itu, muncul lagi anggapan-anggapan girl is better than boy atau sebaliknya. Jadi, ada keluarga yang sudah punya anak banyak dan berjenis kelamin sama semua, mereka masih terus
So what?! Jelas, ada hal-hal yang seharusnya kita rubah disini. Masalah konsep. Konsep dari awal tentang berkeluarga. Kalian tahu tentang babyboom? Ledakan penduduk Indonesia yang terjadi di masa 1950-1960an dan dianggap karena kita baru saja merdeka. Agak geli sih, kalau pakai ilmu tafsir, artinya rakyat saat itu merayakan kemerdekaan dengan membuat anak-_- Hmm. Sejak saat itu di Indonesia mulai gencar pelaksanaan Keluarga Berencana yang mengusung program 2 anak lebih baik. Saat itu yang saya tahu terjadi berbagai penolakan dari masyarakat dengan berbagai macam alasan. Ada ormas islam yang menganggap itu menolak kehendak tuhan dan lain-lain.
Oke, mengapa kita tidak cari jalan tengahnya saja. Daripada membahas soal kuantitas, lebih baik kita membahas soal kualitas. Dalam membangun keluarga itu yang terpenting bukan soal banyaknya jumlah keluarga kan. Lebih penting soal kualitas, maksudnya kesejahteraan keluarga. Program KB itu sebenarnya sangat tepat karena bertajuk Keluarga Berencana, yang artinya tadi itu, bahwa dalam membangun keluarga harus ada perencaan, dan yang direncanakan adalah Kualitasnya. Hanya saja embel-embel 2 anak yang sulit diterima oleh anak. Jadi yang perlu ditekankan lagi adalah masalah Perencanaan Kualitas keluarga yang nantinya akan terbentuk.
Masyarakat perlu memikirkan betul-betul, apabila keluarganya berjumlah sekian, maka yang akan terjadi adalah hal ini, dan saya harus bersiap-siap untuk hal ini yang akan mengancam hal ini. Itu yang seharusnya kita pegang. Semua memang kehendak tuhan, tapi apa salahnya kita berusaha. Dan usaha kita bukanlah usaha untuk hal buruk, karena apabila kita sudah benar-benar merencanakan keluarga secara kualitasnya, maka anak yang lahir dalam keluarga tersebut nantinya akan menjadi anak berkualitas. Dan apabila kita memikirkan soal kualitas pasti kita akan lebih terfokuskan untuk bagaimana agar anak-anak yang lahir dalam keluarga akan bahagia nantinya dan memiliki masa depan yang terjamin, tanpa mengedepankan lagi perihal kuantitas soal banyaknya anak.
Nah, lewat PIK-R yang sudah mulai terbentuk di sekolah-sekolah SMA sebenarnya BKKBN ingin memperkenalkan soal perencaanaan segala sesuatu dalam menghadapi masalah kependudukan sejak dini. Salah satunya masalah perencanaan keluarga yang merupakan komponen terkecil dalam penduduk untuk menghadapi masa yang akan datang. Maka kita diajak untuk bergabung dalam gerakan Generasi Berencana (Genre) untuk merencanakan masa depan kita yang lebih baik! Salam Genre!
Keluarga adalah perihal Kualitas, bukan Kuantitas.Okee, entah mengapa postingan saat ini terasa sangat mature duh hehehe. Baiklah, terima kasih bloggers! Salam Genre!


Leave a Comment