[Review] Susah Sinyal: Tak Bisa Lebih dari 'Sebelah'

Poster source: layar.id
Mendapat nominasi Piala Citra pada film pertama dan berhasil benar-benar meraih Piala Citra pada film keduanya untuk kategori Penulis Skenario Asli tentu pencapaian yang lebih dari cukup bagi Ernest. Bahkan lewat Cek Toko Sebelah (2016), 9 nominasi FFI 2017 berhasil diraih termasuk film, sutradara dan pemeran utama pria terbaik. Terlihat bahwa bagi Ernest, perfilman bukan sekedar passion, tapi juga komitmen untuk terus menyetorkan hal-hal baru terbaik. Dan di penghujung 2017, film ketiganya bersama Starvision dirilis dengan judul Susah Sinyal. Lagi-lagi namanya terpampang sebagai sutradara, penulis dan pemeran dalam filmnya. Mau tak mau, ekspektasi pasar terhadap film ini adalah tinggi setelah suksesnya Cek Toko Sebelah dengan hampir 3 juta penonton. Setelah menonton teaser dan trailernya, satu hal yang dapat saya simpulkan dari tumbuh kembang seorang Ernest adalah, dia adalah pakar dalam meracik cerita! Masalah rasialisme, kemudian mengangkat kehidupan keluarga secara general, dan sekarang.. hubungan presisi antara orang tua dan anak yang kental dengan nilai-nilai sensitif. So, how's that?

Ernest memang layak disandangi gelar komposer cerita yang kreatif, termasuk dalam menemukan judul yang epic dan ngena bagi para penonton. Susah Sinyal mengklausakan dua makna sejenis dalam konteks yang berbeda. Susah mendapat sinyal selular karena liburan di Sumba, serta susah menghubungkan sinyal antara seorang Ibu dan Anak yang terlanjur tumbuh dalam hubungan yang canggung. Penonton pada menit-menit awal ditunjukkan dengan gamblang dan cepat bahwa pada intinya ada seorang Nenek (Niniek L Karim) yang menjadi jembatan antara Ellen (Adinia Wirasti) dan Kiara (Aurora Ribero), anaknya. Hubungan ini yang sering terjadi pada kebanyakan anak di Indonesia yang tumbuh tidak dengan kehangatan sosok ayah dan ibu. Ernest juga bukan main kreatif dengan menghadirkan Ellen sebagai seorang pengacara dengana firma hukum baru pribadinya, yang disambut dengan klien pertamanya soal hak kepengurusan anak dari sepasang artis yang sedang bercerai. Intinya, pada awal cerita, penonton diberi tahu bahwa Ellen dan Kiara bukanlah ibu dan anak yang berhubungan baik, tapi juga bukan berarti berkolerasi sebaliknya. Mereka hanya tidak dekat dan canggung satu sama lain, dengan suasana yang membuat mereka semakin canggung. Untuk alasan mengapa semuanya terjadi, seperti kebanyakan film yang juga sudah saya tebak akan begini, pemeran utama sendiri yang akan menyampaikannya di akhir film dengan emosional, sebagai sebuah koda.

Dari sudut pandang sebagai sutradara, Ernest tidak banyak berkembang. Cenderung stagnan dari film keduanya yang dituai banyak gelak pujian. Cara-cara Ernest mendeliver lawakan tidak lebih baik dari Cek Toko Sebelah. Banyak lawakan yang terkesan hanya sebagai sebuah 'tempelan' agar jatidiri sutradara sebagai seorang standup comedian yang syarat akan komedi tidak hilang. Banyak scene-scene yang dibuat seakan-akan memaksa penonton untuk tertawa karena komedi-komedi yang diucapkan pemeran pendukung atau gerak-geriknya, tanpa menyatu dengan alur yang sedang berjalan. Tokoh-tokoh hiburan begitu banyak hadir dengan kesan hanya sebagai pengantar komedi, dan satu-dua dipaksakan masuk dalam lingkaran masalah pemeran utama. Untungnya, keberadaannya tidak terlalu mengganggu, meskipun sedikit banyak pasti disadari sebagai keanehan oleh penonton. Bila dibandingkan dengan Cek Toko Sebelah berhasil meng-cut dengan jelas dan 'seru' antara scene emosional dan scene yang membuat penonton ketawa, maka pada Susah Sinyal ini Ernest tidak sesukses Cek Toko Sebelah. Materi lawakan yang hadirpun tidak se-fresh yang saya bayangkan.

Sisi teknis dari Susah Sinyal tidak banyak berbuat untuk film yang notebene melakukan pengambilan gambar di Sumba, tempat yang sangat bebas untuk dieksplor ke dalam kamera. Sinematografinya lebih monoton dibandingkan dengan film Pendekar Tongkat Emas yang sama-sama ambil gambar di Sumba. Bahkan plot jalan-jalan untuk para pengunjung hotel terlihat sengaja dibuat untuk 'menunjukkan' Sumba di film ini. Artistik, Kostum, Rias, dan bidang teknis lainnya juga tidak ada yang dibuat menonjol. 

Pemeran-pemeran dalam Susah Sinyal adalah pemeran yang kebanyakanya sudah teruji oleh sang sutradara, alias wajah-wajah yang sama yang pernah muncul di film baik pertama maupun kedua Ernest (terutama Cek Toko Sebelah). Dampak buruknya adalah, kesuksesan Cek Toko Sebelah meninggalkn bekas ingatan akan Koh Afuk dan tokonya pada penonton, yang berimbas dengan kenikmatan menerima karakter sedikit terganggu. Tapi lagi-lagi Adinia Wirasti (seperti yang sudah diperkirakan Ernest) berhasil membuktikan bahwa nominasi Piala Citra 2017 untuk perannya sebagai Anya di Critical Eleven bukanlah karena ceritanya yang memang emosional akut, tapi karena kemampuan Adinia itu sendiri. Meskipun sedikit terlihat terlalu tua untuk menjadi Ibu Kiara yang sudah terlihat begitu dewasa, tapi Adinia menunjukkan dengan proporsi yang tepat bagaimana Ellen sebenarnya. Kapan Ellen harus bingung sendiri dengan keputusannya, kapan Ellen harus sedikit terpaksa untuk bicara, dan kapan Ellen harus menangis tanpa terlihat lebay. Aurora Ribero yang ditemukan lewat casting juga tidak memberikan performa yang buruk. Paling tidak ketika dia harus berada satu adegan sebagai Kiara bersama Ellen, penampilannya tidak timpang untuk berinteraksi dengan Adinia Wirasti. Seperti yang sudah saya katakan, peran-peran lainnya dalam film ini tidak begitu membekas setelah saya beranjak meninggalkan penonton. Termasuk Refal Hady yang sudah dengan hati-hati bicara dengan aksen Sumba.

Overall, film ini tetap recommended untuk dinikmati bersama keluarga, dan mungkin menjamin bahwa sedikit sinyal buruk yang anda miliki dengan salah satu anggota keluarga atau kerabat anda dapat pulih setelah menonton film ini. Tapi, untuk kesuksesan dari sisi kritik film mungkin terlalu muluk-muluk bagi Ernest untuk minimal menajajari 9 nominasi Cek Toko Sebelah pada FFI 2017.

Rates for Susah Sinyal (2017): ☆☆☆☆☆☆★★★★ (6 of 10)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.