Pecel Lele Seberang Jalan


Setelah cukup berjarak dengan blog, akhirnya saya kembali lagi. Kelamaan nggak ngeblog bikin goblog juga. Dan kemudian bisa ditandai, bahwa semakin lama tidak menulis, artinya semakin lama tidak ada bahan menulis. Semakin hambar pula kehidupan ini. Begitu seharusnya. Tapi kadang kita diperbolehkan untuk tidak mengikuti keharusan. Siapa yang paling berhak memperbolehkan? Diri sendiri. Iya, alias membangkang. Seperti yang saya lakukan dengan tidak ikut apel wajib beberapa hari lalu. Iya, dan hidup saya juga tidak sedang hambar. Justru mungkin yang paling bergejolak dalam beberapa kurun waktu tertentu. Tapi karena terlalu bergejolak, elastisitasnya tidak bisa dinikmati. Naik dan turunnya terlalu memusingkan. Semua yang terlalu memang tidak pernah baik.

Perlu saya sampaikan juga bahwa hari ini tepat seminggu lebih dua hari, saya belum lagi mengerjakan keharusan yang lain: tugas akhir. Iya, akhir-akhir ini banyak pembangkangan yang saya lakukan. Tidak apa-apa, kata saya sendiri.

Akhir-akhir ini terlalu banyak perihal memenuhi kepala. Semuanya memiliki pergerakan dengan intensitas yang sama. Tidak ada yang mendominasi. Alhasil, ruwet. Tapi bukanlah begitulah manusia? Jadi ya sudah. Kadang memang merasa semuanya begitu berat bahkan untuk sekedar mengurai benangnya satu per satu. Belum sampai memisahkan atau mencabut salah satu di antaranya. Tapi sekali lagi, terlalu banyak cerita di luar sana yang bisa menjadi bahan kesadaran diri, bahwa tidak ada alasan untuk kita merasa spesial: menjadi manusia dengan masalah paling berat dan memusingkan. Ini pemikiran yang tidak baik untuk beberapa konsep, tapi sepertinya akan saya terus gunakan. 

Dua malam yang lalu, saya tidur di kasur sendiri pukul 4 pagi. Rasanya sudah lama sekali tidak seperti ini di perantauan. Walaupun biasanya juga pukul 1 atau 2, tapi pikul 4 menjadi sesuatu yang berbeda. Padahal 5 jam setelahnya, saya harus ke bagian yang lain dari Jakarta untuk melakukan foto buku tahunan mahasiswa. Tapi sama sekali tidak ada yang terganggu dengan hari Sabtu kemarin. Ditambah dengan malam harinya yang disambut kabar baik perpanjangan tenggat pekerjaan. Ternyata benar, selalu ada bagian yang bisa disyukuri dari bumi yang bulat ini. Meskipun tidak kemudian semuanya dapat kita syukuri, tapi akan selalu ada satu bagiannya.

Saya menuliskan tulisan ini penuh pertanyaan: apalagi yang bisa ditulis, ya? Tapi rasa-rasanya sudah tidak ada lagi. Termasuk kenapa saya tulis Pecel Lele di salah datu bagian judul tulisan ini, yang disebabkan saya mulai menulis ini di warung Pecel Lele langganan di seberang gang ini, rasanya juga tidak perlu diceritakan. Sekalipun sebenarnya ada banyak yang bisa, sepertinya tidak perlu. Jadi untuk apa, bukan?


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.