Ronde dan Kepergian


Ah, janji untuk sekedar rajin menulis di sini saja sulit sekali terpenuhi. Terlewat berhari-hari saya tidak menulis di sini, bukan. Ya sudah, tidak apa-apa. Anggap saja saya beralih menulis tugas akhir di microsoft word. 

Mungkin ada dua minggu yang lalu, akhirnya, setelah sekian lama di Jakarta, saya menemukan minuman Ronde. Asli! Senang bukan kepalang. Waktu itu saya baru saja sampai di Tebet setelah hampir tiga jam perjalanan dari Curug, Tangerang. Sedang lelah-lelahnya, di luar stasiun ada saja kerjaan mata yang menangkap penampaan gerobak ronde. Awalnya saya asal celatuk "sekuy, ronde!". Untungnya, teman-teman saya orang-orang serius--paling tidak dalam hal kulineran. Lama sekali sejak terakhir kali leher ini dilewati jahe dan gula cair hangat penuh kacang bakar yang mengapung. Belom lagi, kuah ronde hari itu dicampur susu. Seperti biasa, saya yang tidak pandai mengulas dan merasa makanan fengan baik akan bilang: ini enak sekali!

Hari-hari setelahnya, saya lebih banyak di kamar, berusaha memecahkan masalah-masalah pekerjaan skripsi saya yang--. Tidak. Tidak ada masalah. The problem is yourself, not the world.

Maka di tengah hiruk-pikuk wabah covid19 dan kebijakan perkuliahan jarak jauh, setelah mencoba bertahan selama seminggu di Jakarta, sore ini saya tulis tulisan ini di atas kasur empuk saya sambil memandang keluar jendela, di Kendal. Motor merah, teman karib saya--yang berulang kali saya bocorkan bannya dalam berbagai perjalanan penting--yang selalu tersenyum setiap saya pulang merantau, tidak lagi tampak dari jendela ini. Biasanya, dia tersenyum menahan girang karena artinya, badannya yang penuh debu akan dibersihkan saat saya pulang. Mesinnya yang dingin membeku akan dipanaskan. Tubuhnya yang kurus kering akan dihujan-hujankan pada malam-malam selanjutnya, selama saya di Kendal. Hei motor merah yang sekarang jadi milik orang, semoga kamu menemukan teman yang jauh lebih baik. Terima kasih sekali sudah mau menemani setiap kali aku pulang dari rumah teman jam 2-3 pagi di Kendal. Terima kasih. Saya masih tidak habis pikir, apa yang harus saya lakukan kalau tiba-tiba suntuk di rumah dan butuh melihat sawah, atau deretan toko tua di jalan pemuda, atau taman garuda. Ini bukan salah orang-orang di rumah ini. Apalagi salahmu. Ini cuma soal waktu, dan sesuatu tidak terduga yang harus selalu kita terima. 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.