Puskha dan Hari-hari Biasa


Jika ada yang ingin kukenal lebih jauh di antara yang pernah mampir ke rumah ini, aku memilihnya. Sebab kamu belum juga ke sini. Mungkin bukan benar-benar kamu yang belum mampir, tapi waktu dan kesempatan. Ah, saya tidak sepercaya diri ini. Namanya Puskha. Hubungan keluarga saya dengannya sempat tidak baik. Alhasil, 3 anaknya sekarang entah ada di mana. Saya yakin, bukan cuma saya yang menyesali ini, bahkan menempatkannya sebagai salah satu keputusan yang paling patut disesali: mendiamkannya saja.

Puskha tak pernah menelan satu butir pakan yang saya beli banyak-banyak untuknya. 1 kilogram. Mungkin bisa untuk beberapa minggu. Tapi ia tetap lebih memilih sisa ayam, atau ikan pindang mentah. Whiskas 1 kilogram yang baru berkurang sedikit itu, sekarang jadi seonggok barang tak ada nilainya di sudut rumah ini. Saya sudah sempat cari beberapa sumber di internet, yang katanya, beberapa golongan kucing memang sulit dikenalkan dengan whiskas; tak langsung jatuh hati begitu saja--seperti layaknya manusia. Kita harus mencoba mencampurnya dengan makanan kesukaannya. Jangan khawatir, saya sudah melakukannya. Memang baru sekali, tapi karena Puskha masih redup antusiasnya, saya menyerah. Dalam beberapa kasus, saya separah itu dalam mengupayakan perjuangan.

Sekarang, pushka jarang nongkrong di dapur atau ruang tamu, menunggu orang-orang di rumah ini menyisakan sedikit makanannya. Semua ini karena pagar rumah sedang selalu ditutup rapat. Kami sedang mengisolasi diri dari interkasi langsung dua arah pada dunia luar, sesuatu yang selama ini selalu saya lakukan. Orang-orang kebingungan, saya menikmatinya sebagaimana hari-hari biasa.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.